“Sungguh akan sangat menarik” itu yang langsung terlintas dibenakku
saat mengetahui bahwa novel “99 Cahaya dilangit eropa” akan diangkat
kelayar lebar. Sesuai dengan novelnya yang “best seller” film nya pun
diperkirakan akan menjadi jawara di layar bioskop Indonesia. maka tepat
pada hari pertama film 99 cahaya rilis pada tanggal 5 desember 2013,
saya langsung menonton film ini.
Film ini dimulai dengan
berlatar tempat di kota wina, Austria di tahun 2008. Rangga(Abimana
Aryasatya) yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah studi
doctoral. Membuat hanum (Acha Septriasa) sebagai istri Rangga harus ikut
mendampingi sang suami berada di kota tersebut.
Hanum yang
merasa sepi saat di tinggalkan rangga kuliah dan juga belum memiliki
kegiatan karena belum mendapatkan ijin kerja, mengisi waktu luangnya
dengan berjalan-jalan sambil mengabadikan keindahan arsitektur kota
wina melalui kamera.
Saat berjalan - jalan di kota Wina tiba -
tiba ada seseorang yang menarik perhatian hanum karena wanita itu
menjadi satu-satunya wanita yang mengenakan hijab saat itu. Dengan
berbekal sebuah cokelat hanum memberanikan diri untuk berkenalan dengan
wanita yang anggun itu, dia adalah Fatma Pasha (Raline shah), meski
sempat menolak pemberian cokelat dari Hanum karena sedang menjalankan
puasa senin – kamis akhirnya cokelat tersebut diterima untuk takjil
berbuka puasa.
Disela perjalanan, Hanum menemukan brosur kursus
bahasa Jerman gratis, tak disangka ia kembali dipertemukan dengan Fatma
dan kehidupan Hanum pun berubah, sehabis menjemput ayse pulang dari
sekolah Hanum beserta Fatma dan Ayse (Geccha Qheagaventa) dengan Metro
mulai melakukan perjalanan ziarah ketempat – tempat bersejarah di
Eropa.
Sementara itu ditempat yang berbeda Wina University,
Rangga sebagai minoritas mahasiswa yang memeluk agama muslim bersama
keturunan India bernama Khan (Alex Abbad), harus merasakan bagaimana
sulitnya hidup ditengah-tengah minoritas kota Wina, seperti kesulitan
mendapatkan makanan halal dan juga kesulitan melakukan ibadah shalat.
Berbeda dengan Khan yang islam fanatik, Stefan (Nino Fernandez) adalah
salah satu teman Rangga yang atheis dan selalu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kritis tentang islam. Kemudian sosok Maarja
(Marissa Nasution) yang merupakan seorang gadis cantik Eropa yang
“menaruh hati” dengan Rangga meski tak peduli bahwa Rangga telah
beristri.
Tempat pertama yang dikunjungi oleh Hanum, Fatma dan
Ayse adalah Sungai Donau atau Danube merupakan sungai yang menginspirasi
Johann Strauss menciptakan lagu Waltz The Blue Danube. Selain karena
keindahannya, air di sungai ini juga sangat jernih dengan aliran sungai
yang tenang sehingga membuat siapapun yang berada disini merasa damai,
namun tujuan utamanya bukanlah sungai ini namun bukit yang berada di
sebrang sungai tersebut yaitu sebuah bukit Kahlenberg dengan pagar yang
membatasi sepanjang bukit, dari sini kita diajak untuk menikmati
keindahan kota wina dari atas bukit tersebut, bukit ini dulu pernah
menjadi saksi perang antara wina dengan turki usmanniyah (ottoman).
Hanum
bersama Fatma dan Ayse melanjutkan perjalanan ke Wien Stadt Museum,
dimana Hanum menemukan Fatma sebagai keturunan turki yang ternyata
memiliki garis keturunan dengan Kara Mustafa Pasha terpaku dan bahkan
meneteskan air mata pada satu lukisan yang terlihat sangat sedih. Ya,
lukisan itu adalah Kara Mustafa Pasha, seorang panglima perang dinasti
yang dianggap penjahat oleh penduduk wina karena ia terlalu berambisi
untuk menguasai Wina namun dengan cara yang salah, yaitu menghunuskan
pedang kesemua orang saat berperang sehingga mencoreng nama islam dan
keturunan turki dimata penduduk Wina.
Dalam scene berikutnya
Hanum dipertemukan dengan perempuan turki Ezra (Hanum salsabiela Rais
yang sekaligus menjadi penulis buku yang diadopsi film ini) & Latife
(Dian Pelangi designer terkenal yang cukup berdampak besar pada
perkembangan hijaber di indonesia) mereka adalah sahabat karib Fatma.
Tujuan Fatma mempertemukan Hanum denganmereka karena ingin meminta
bantuan kepada hanum agar dapat mengajarkan anak didiknya belajar bahasa
inggris. Karena menurut fatma Menjadi muslim yang baik di Austria
adalah dengan menebarkan senyum, menguasai bahasa Jerman & Inggris
dan selalu jujur dalam berdagang. tanpa pikir panjang tawaran mengajar
bahasa inggris pun di terima Hanum.
Berbekal sebuah kartu nama
yang diberikan Fatma agar Hanum dapat ditemani melakukan perjalanan ke
tempat - tempat bersejarah di Paris, ia akhirnya bertemu dengan Marion
Latimer (Sandra Dewi), dari Museum louvre yang pintu masuknya berbentuk
piramid. kita diajak untuk menemukan puzzle lain tentang islam, bukan
lukisan monalisa, melainkan lukisan bunda maria yang sedang menggendong
bayi nabi isa (yesus). Misteri besar itu ada dibalik hijab yang
dikenakan oleh bunda maria karena terdapat tulisan pseudeo kufic yang
dibaca “Laa illa haillallah”. saat melihat lukisan itu saya mendecak
kagum karena takjub pada tulisan di hijab tersebut.
Masih d ikota
Paris namun agak bergeser ke tengah kota paris, tepatnya bersebelahan
dengan kompleks Louvre, kali ini Hanum dan marion duduk-duduk dengan
berlatar tempat di belakang gerbang Arc de Triomphe, menariknya disini
marion mencoba mengajak hanum bermain teka teki mengenai garis lurus di
peta Axe Historique yang apabila diambil garis lurus kebelakang akan
terlihat banyak bangunan – bangunan penting mulai dari Arc de Triomphe –
obelisk luxor – champs elysees- la grande arcche de la Defense yang
akan berakhir di Mekkah, dan yang ingin disampaikan napoleon saat
membangun arsitektur kota paris "Axe Historique" yaitu ke "jalan
kemenanngan" kota Meccah.
Setelah selesai melakukan perjalanan
sejarah dengan Marion, Hanum dan Rangga memutuskan untuk pulang. namun
tunggu dulu disini mata penonton lagi-lagi dimanjakan dengan icon yang
paling terkenal di kota Paris yaitu menara Eifel, dengan sinematografi
yang memukau film ini berhasil menangkap senja yang sangat indah di
menara eifel dan yang lebih indah lagi saat Rangga melakukan adzan di
menara Eifel tersebut, dan mungkin ia menjadi satu-satunya orang yang
pernah melakukan adzan disana.
Film ini di tutup dengan adegan
Hanum dan Rangga di bukit Kahlenberg untuk menentukan perjalanan mereka
selanjutnya yaitu Cordoba dan Istabul, lalu saat berjalan-jalan
disekitar bukit tersebut mereka bertemu dengan penyanyi muda Fatin
Shidqia Lubis (yang memerankan dirinya sendiri yang sekaligus menjadi
pengisi soundtrack di film ini) saat sedang melakukan shooting video
klip, dan meminta Hanum dan Rangga untuk menjadi tour guide Fatin dan
kru mengenai tempat-tempat bersejarah selama mereka berada di Eropa.
Dari
awal sampai film berakhir para penonton dibuat larut menikmati kota
Wina dan Paris dengan pemandangan yang bukan hanya indah tetapi juga
sarat akan sejarah islam, sehingga setelah menonton film ini bukan hanya
mengisi hati tapi juga mengisi otak, mengajarkan nilai - nilai
persahabatan, toleransi beragama, perdamaian, spiritual dan juga sangat
inspiratif. dengan aktor-aktor yang gemilang film ini menjadi semakin
ciamik, di sutradarai oleh Guntur Soeharjanto ditambah lagi dengan
sinematografi yang sangat apik bahkan berhasil menangkap spot-spot
keindahan di Wina dan Paris dengan sangat memukau serta dengan penataan
& efek suara, sehingga semuanya melebur menciptakan suatu karya seni
yang indah.
Hanya saja dalam film ini kurang begitu menjelaskan
sejarah - sejarah yang ada misal mengapa Kara Mustafa Kara dibenci
oleh warga Wina & sejarah roti Croissant, mungkin akan lebih baik
apabila dibuat monolog atau misal dalam adegan hanum diam mendengarkan
namun ada suara marion yang menjelaskan
sejarah
namun hanya suaranya saja (Voice over), agar penonton lebih bisa
menangkap maksud yang ingin disampaikan dan meski dalam part 1 ini
konfilk nya tidak begitu di tonjolkan karena memang baru akan dihadirkan
di part 2 namun film ini tentu menjadi tontonan wajib bagi para
pencinta film khususnya yang sangat menyukai eropa dan yang ingin tahu
lebih banyak tentang islam. Wah, jadi sangat tidak sabar menunggu
kelanjutan film 99 cahaya dilangit eropa part 2 tahun 2014.
Jenis Film : Drama
Produser : Yoen K, Ody Mulya Hidayat
Produksi : Maxima Pictures
Sutradara : Guntur Soeharjanto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- yume_no_hikari
- Many things in this world we don't know, starting to find out, and look from different point of view.
0 comments:
Posting Komentar