Holla my blog, sudah lama tak
bersua..
Kali ini gw bakal cerita tentang
perjalanan gw ke dieng, tujuan sesungguhnya sebenarnya bukan kesana tapi ke
bromo. Sudah mantap dengan EO(event organizer) yang di pilih temen gw dari
kaskus, pas udah H-2 tiba-tiba si EO konfirm kalo trip ke bromo tidak bisa
dilanjutkan karena ketiadaan tiket dan usut punya usut ternyata ada masalah
internal yang menyebabkan ketidak kompakannya team mereka, kalo menurut gw sih
sebelumnya diantara mereka memang ada problem gitu hingga berdampak ke kerjaan,
sungguh tidak professional. Come back to the story, disaat-saat seperti inilah
terlihat watak orang-orang yang mudah tersulut emosi dan juga yang tenang dan
tetap berfikir jernih. Massa yang awalnya akan berangkat
ke bromo berjumlah 23 orang kini mulai terkikis sehingga tersisa 15 orang
sedangkan 8 lainnya memutuskan untuk tidak melanjutkan trip.
Dalam waktu 2 hari kami mulai berbincang di whats up terkait alternatif yang akan diambil agar jalan-jalan tetap terlaksana meski bukan tujuan utama yang dikunjungi, akhirnya kami memutuskan untuk tetap berangkat pada tanggal 26-29 oktober 2013 dengan tujuan dieng – yogyakarta – goa pindul – Jakarta.
Dalam waktu 2 hari kami mulai berbincang di whats up terkait alternatif yang akan diambil agar jalan-jalan tetap terlaksana meski bukan tujuan utama yang dikunjungi, akhirnya kami memutuskan untuk tetap berangkat pada tanggal 26-29 oktober 2013 dengan tujuan dieng – yogyakarta – goa pindul – Jakarta.
Kami memutuskan untuk menyewa 2
mobil yeiiiii :D
Tim kami adalah :
-
tari
(seksi repot)
-
lilik
(ceritanya jadi supir hhii)
-
pak
tono (supir dari sewaan mobil luxio)
-
om
cahya (supir pengganti)
-
citra
-
anna
-
lulu
-
nanna
-
dolly
-
ka
bule
-
ko
victor
-
mas
hafidz
-
om
dony
-
indah
-
tengku
-
gw
pada tanggal 26 oktober kami bertemu di meeting point kantor indosatM2 dan
berangkat sekitar pukul 10.00 wib. Mobil pertama diisi dengan lilik, dolly,
tari, indah, gw, ko vic, dan tengku. Sedangkan mobil kedua diisi dengan pak
tono, mas hafidz, om cay, om dony, ka bule, citra, anna, lulu dan nanna.
Di mobil 1 kami bercengkrama dan tertawa ngalor ngidul dari hal yang ga
penting sampe ga penting bangett wkwkwk sedangkan di mobil 2 sepertinya
suasanya kebalikan dari mobil 1 hhii. Perjalanan kami melewati jalur selatan
(lewat bandung) yang jalannya berlika-liku naik dan turun. Sungguh perjalanan yang melelahkan karena
selain medan yang sulit, berkali-kali kami di guyur hujan. Setelah sudah sampai
dikawasan dieng jalanan menjadi berkelok-kelok tajam di tambah lagi berkabut
dan yang lebih parah di mobil 1 tidak ada lampu kabut, bersyukur karena didepan
kami ada mobil ber plat B yang menuju lokasi yang sama yaitu dataran tinggi
dieng hhee.
Saat tiba di depan gerbang kawasan wisata argoculture tambi dieng, kami
membayar biaya masuk kawasan tersebut Rp
10.000 untuk 1 mobil (sebenarnya harganya Rp 2.000 perorang tapi bisa
cincai lah hhee). Saat tiba di pertigaan jalan menuju tempat menginap kami di
jemput pak bejo (orang pemilik penginapan) pada tanggal 27 oktober 2013 pukul
01.21 wib. Oiya untuk reservasi bisa menghubungi Mba
resi di nomor telepon 085743461555 harga sewanya bisa nego kebetulan kami
menyewa untuk 1 rumah dengan harga Rp 700.000; oiya untuk mobil kedua tiba di
penginapan sekitar pukul 02.00 wib karena sempat salah belok saat di tambi hhee
dan kami pun langsung terlelap karena sudah terlalu lelah setelah menghangatkan diri dengan indomie atau
hanya sekedar minum teh hangat.
Pada pagi harinya aku terbangun pada pukul 04.30 wib, namun karena melihat
kanan kiri dan ruangan sebelah sepertinya masih tertidur lelap sehingga tak
tega membangunkan, ehh tak menunggu beberapa lama tari terjaga dan membangunkan
para manusia yang masih terlelap tidur, tak disangka kamar depan yang diisi
cicit, anna, lulu, nanna sudah selesai bersih-bersih dan sudah dendong hhahaaa
teteeup ya eksis :P
Karena kesiangan yang awalnya niat lihat matahari terbit di puncak dieng
dengan berangkat dari penginapan sejak pukul 02.00 wib, hingga akhirnya
mengambil alternatif melihat sunrise di bukit sikunir pada pukul 04.00wib,
namun karena keduanya tidak ada yang sempat akhirnya kami memutuskan untuk
tetap jalan-jalan pagi sekitaran dieng meski sudah sangat terlambat melihat
sunrise hhiiii
Saat jalan-jalan, mobil kami berpapasan dengan Bapak-bapak yang mengendarai
motor dengan atribut lengkap seperti sarung tangan dan juga penutup muka juga
helm. Saat melihat kearah kami, kami sempat aneh, ngapain ya bapak-bapak di
balik helm itu menatap kearah kami terus. Hingga akhirnya kami berhenti dan
bercakap-cakap dengan bapak itu, namanya Bapak Fuad penduduk sekitar dieng dan
sedang dalam perjalanan menuju kantor (katanya) yang bertempat di sumber daya
panas bumi. Dia bertanya kami mau kemana ? kalo ke sikunir sekarang pasti gak
akan dapat apa-apa karena kabut sedang naik akibat hujan semalam. Pak fuad
menyarankan lebih baik berkunjung ke telaga warna dan juga candi-candi karena
suasana masih pagi sekitar pukul 06.00 wib saat itu. Beliau menginformasikan
siap menjadi tour guide kami dengan harga seikhlas nya yang penting pantas, dan
beliau menginfokan kalau rata-rata tour guide dibayar dengan harga Rp 300.000;
dan just info untuk tour guide dari penginapan mematok harga Rp. 200.000;
sehingga kami mencoba menawar dengan harga Rp 100.000; dan beliau setuju.
Tujuan pertama kami adalah kawah sikidang, dikawah ini beliau bercerita
tentang tradisi yang biasa dilakukan sekitar bulan agustus yaitu tradisi
pemotongan rambut gimbal dengan mengabulkan permintaan si anak yang berambut
gimbal agar terbebas dari kutukan gimbal, karena
katanya
mitos anak yang
berambut gimbal di anggap kutukan sehingga orang tua sebisa mungkin membuat
rambut si anak kembali normal agar terbebas dari kutukan dan permintaannya pun
bermacam-macam ada permintaan normal seperti di belikan sepeda, atau yang luar biasa seperti dibuatkan 1000
tempe :P , oiya kata pak fuad di daerah dieng ini masih kental nuansa hindu
nya, sehingga ada hari tertentu yang ada tradisi kalo harus ada tumbal hewan
seperti kambing , ayam atau hewan sejenis yang dilemparkan hidup-hidup agar
dieng terbebas dari bencana. Kasian sebenarnya L. Trus katanya di kawah itu saking panasnya ada
percobaan pembunuhan yang menyebabkan seseorang di dorong ke kawah hingga
akhirnya terjatuh dan usut punya usut setelah di lakukan pencarian oleh
alat-alat berat seperti pengeruk gitu ke kawah, tidak berhasil menemukan
apa-apa bahkan tulang belulang pun tidak. Mungkin karena belerang atau fosfor
tersebut bisa menyebabkan daging atau bahkan tulang sekalipun menjadi hancur
lebur iihhhh seyemm.
Kami melanjutkan perjalanan ke telaga warna dengan membayar per orang Rp.
2000, di telaga ini pemandangannya sangat indah, tapi kami tidak bisa
berlama-lama karena perjalanan langsung di teruskan ke goa sumur, goa semar,
goa tulis, goa pengantin dll yang menjadi satu kawasan disana.
Selanjutnya melalui jalur yang tidak sewajarnya karena melalui jalur
belakang agar tidak di kenakan biaya konstribusi wisata, kami ke candi arjuna
dan beberapa candi yang gw lupa namanya apa dan masih dalam proses pemugaran
dan sempat runtuh karena gempa waktu itu. Disana jadi satu kawasan juga dengan
bukit teletabies, saat di candi arjuna kami berfoto dengan para hanoman
10.000/3 foto tanpa cetak dan dengan kamera sendiri. Sedangkan di bukit
teletabies kami mengambil beberapa foto dengan kamera digital, & foto dari
kamera fotografer sekaligus di print dengan biaya Rp. 15.000 untuk ukuran 2R.
Sumur jalatunda adalah tujuan kami selanjutnya, untuk kesumur ini kami
harus melewati anak tangga keatas, setelah sampai di sumur tersebut ternyata
seperti kawah namun airnya cukup hijau, tempat ini pun tak luput dari sejarah
mistis yang sudah ada sejak bertahun-tahun silam yaitu tempat tersebut adalah
salah satu gerbang ke dunia lain, kata pak fuad dulu ada cerita jika ingin
melakukan pesta seperti perkawinan dan misal nanggap sinden atau yang sejenis
harus melakukan tirakat terlebih dahulu dan si sinden juga harus di antar
sampai ke rumah, apabila melanggar maka akan ada akibatnya.
Ada mitos lain terkait sumur ini yaitu apabila pria melemparkan batu dan
batu tersebut sampai kepada titik terjauh patokannya batu putih diujung maka keinginannya
akan terkabul, dan apabila wanita batu sudah sampai ketengah saja sudah cukup
baik.
Saat perjalanan pulang kami mampir ke pembuatan carica rumahan kenalannya
pak fuad agar mendapatkan harga miring yaitu Rp 50.000/ 6 jar carica,
dikarenakan lapar mulai merajalela akhirnya kami mencari tempat makan yang khas
didaerah tersebut, dan mie ongklok adalah salah satu makanan khas disana,
dengan merogoh kocek Rp 10.000 kita sudah mendapatkan satu porsi mie ongklok,
namun sayang sekali gw kurang suka rasa mie ongklok ini karena agak gak pas
dilidah, mie ongklok sendiri memiliki kuah yang agak kental karena ada campuran
tepung maizena + mie & daging, kalo gw lebih menyukai soto daging nya,
meskipun rasanya manis tapi daging nya enak dan tidak pelit isi meski hanya
dihargai Rp. 15.000
Setelah kenyang kami pun bertolak ke tempat pertapa berada, kata pak fuad dan penduduk lokal pertapa itu sudah tinggal di tempat tersebut selama 22 tahun dan ia bertapa karena menunggu kapal yang tak kunjung datang, mereka tidak ada yang berani memindahkannya meskipun banjir sekalipun, disaat yang lain mengungsi Bapak itu tetap pada tempatnya. Tadinya kami mengira pertapa itu tempatnya di goa ternyata didepan rumah warga, ketika kami melongo kedalam terpal tercium bau pesing dan ada beberapa aqua yang tidak tersentuh. Awal petama melihat Bapak itu gw agak sedikit tersentak karena kaget akan jenggotnya dan tatapan matanya jujur cukup seram, tetapi saat gw lihat yang kedua kalinya gw malah kasihan, karena apa benar ia itu pertapa? Atau hanya penduduk lokal yang terlalu percaya akan mistis sehingga tidak ada yang berani membawanya mungkin ke dokter untuk di cek kejiwaannya ?
Sesampainya di penginapan kami beristirahat dan membersihkan diri juga
bersiap-siap untuk segera bertolak ke tujuan selanjutnya yaitu yogjakarta, dari
yang sebelumnya di jadwalkan keluar jam 14.00 kami jadi keluar jam 16.00 dengan
menambah jam sewa, tetapi kami benar- benar keluar dari penginapan pada pukul
17.00 karena menunggu pak tono mengganti Ban yang bocor. Tak lupa kami
berfoto-foto dan say good bye dengan pak bejo :D
Setibanya di kota yogyakarta untuk yang kedua kalinya, rasanya hmm seneng kami tiba disana malam, namun karena ada salah satu keluarga dari teman kami yang meninggal dunia sehingga kami memutuskan untuk melayat yaitu tari, lilik, dolly dan gw bertolak ke magelang setelah tiba pada malam hari. sekitar pukul 10.00 pm kami tiba di magelang dan ternyata orang yang ingin di temui tidak ada sehingga kami langsung bertolak lagi ke jogjakarta masih dengan diguyur derasnya hujan. dilain sisi rombongan kami yang lain menikmati malam ke alun-alun kota dan makan nasi kucing serta berfoto - foto ria
dikarenakan kami belum makan malam, sehingga kami mencari makan malam dengan makan gudeg disekitar tugu sekaligus menghabiskan indahnya malam disana, setelah selesai makan dan berfoto-foto di areal tugu kami langsung bertolak kembali ke alun - alun utara dan selatan. tak lupa juga kami mencoba permainan di pohon beringin kembar. konon katanya jika kita bisa melewati antara dua pohon kembar dengan mata tertutup tanpa salah arah maka apa yang diinginkan akan terkabul *katanya* hhiii
malam sudah begitu larut dan kami pun akhirnya kembali ke penginapan, dikarenakan sudah terlalu larut malam diatas jam 12.00 sehingga parkiran mobil pun sudah tidak ada sehingga teman kami harus menginap di stasiun hhuuu
bersambung...
bersambung...
0 comments:
Posting Komentar